Proses Perubahan dan Jenis Resiko yang akan Dihadapi di Era Perubahan. Sebelum kita melakukan Perubahan, ada baiknya kita juga mempelajari resiko-resiko yang akan dihadapi ketika melakukan perubahan tersebut, agara ketika risiko tersebut benar-benar menghadapi, kita sudah bisa mengantisipasi dan menyelesaikannya. Berikut ini adalah penjabarannya.
1. Jenis Risiko Melakukan Perubahan
Pahamilah bahwa:
“Risiko yang jauh lebih besar daripada manfaat atau benefit yang didapat akan mengakibatkan manusia tidak bergerak”
Berikut adalah 6 jenis risiko atau Perceived Risk (Persepsi terhadap risiko) yang akan dihadapi manusia yang ingin melakukan Perubahan:
a. Risiko Finansial
Jangan-jangan keuangan keluarga bisa terancam, dimusuhi banyak orang, hilangnya jabatan, dan lain-lain.
b. Social Risk
Jangan-jangan sasaran-sasaran perubahan itu teman-teman di sekitar kita, orang-orang yang dekat sama kita, yang pernah berkarir bareng kita, yang pernah mendukung kita, atau juga orang-orang yang pernah membesarkan kita namun dia orang yang bermasalah dan harus dikorbankan. Intinya secara sosial di lingkungan kita dan kita takut dimusuhi dan kehilangan mereka.
c. Psychological Risk
Orang yang melihat dengan cara yang berbeda, dan cenderung berlawanan dengan kita, maka dari itu habis kita dicaci maki, di bully.
“Orang yang melakukan perubahan itu jantungnya harus kuat, dirinya harus kuat menghadapi tekanan-tekanan.
Hal inilah yang biasa disebut “Neuroticism, Kemampuan manusia untuk menghadapi tegangan-tegangan”. Jangan karena baru menghadapi ancaman-ancaman sedikit psikologis saja sudah menyerah.
d. Risiko Fisik
Banyak orang yang tiba-tiba dipukul dan diserang ditengah jalan. Itu menimbulkan persepsi kepada kita dan membuat kita takut. Maka dari itu ukurlah persepsi nya, jangan biarkan orang lain bertindak semena-mena, miliki wibawa dan keyakinan yang teguh, tidak perlu takut.
Yakinlah bahwa Indonesia secara perlahan bergerak menuju negara hukum. Walaupun mafia ada dimana-mana, kita harus punya keyakinan bahwa perubahan, adalah sebuah keharusan. It’s a must.
e. Performance Risk (Resiko terhadap kinerja)
Jangan goyah terhadap pendapat orang lain atas hasil yang kita capai.
“Sering kali orang mengolok-olok kita dan orang suka lupa bahwa perubahan itu tidak otomatis membuat kita langsung naik keatas. Tapi barangkali harus turun kebawah dulu dan kelihatan buruk”
Seperti kata Mantan Presiden AS Bill Clinton, yang diolok-olok setelah mengajak warga amerika dengan kalimat, “It’s time to change”
f. Risiko Waktu
Waktu cepat habis dan tidak bisa diperbaharui, waktu cepat hilang, dan ini akan mengambat waktu kita pula dalam melakukan perubahan. Perubahan itu tidak berarti dari A ke B, B ke C, C ke D. Bisa jadi tiba-tiba melenting dari A ke Z, kita bahagia sekali, padahal balik lagi ke B. Berputar-putar seperti sebuah spiral.
Waktu tidak bisa diramalkan, sering kali kita berpikir pendek bahkan malah jadi sangat panjang
Ambil pelajaran dari seekor komodo, untuk mendekatinya kita harus mengecilkan resiko terlebih dahulu. Dengan memberikan guide, memberikan mereka area, penjagaan, dan memberi makan komodo sebelum mendekat.
Selalu buat “Persepsi terhadap resiko berkurang” dan belajar untuk mengunci resiko-resiko apa yang akan kita hadapi didepannya, agar ketika resiko itu benar-benar datang, kita sudah siap untuk mengantisipasi dan menyelesaikan masalahnya.
2. Faktor Pendorong Orang Bergerak
Yang pertama harus dilakukan adalah MEMBUKAKAN MATA orang untuk melihat.
Yang kedua setelah melihat, mereka diajak BERGERAK.
Ketika bergerak, langkah pertama yang kita lakukan adalah kurangi Persepsi terhadap resiko, agar ketika bergerak, mereka sudah nyaman, tidak berbahaya.
Kemudian bikin perubahan ini clear (clarity), buat ini menjadi jelas, bersih, terang dan mudah untuk dijalani.
Study Case-nya seorang pengajar yang harus menjelaskan pelajaran dengan sangat simple dan jelas. Bukan dengan menyuruh mereka membaca banyak buku, menjelaskan tertulis di papan tulis, dan hal-hal baku lainnya.
Yang ketiga adalah SUPPORT, beri dukungan.
Berikan dukungan SDM, uang, dan fasilitas. Contohnya ketika kita mau berantas korupsi, tapi hidup mereka miskin (Corruption by need), yang kemudian lama-lama menjadi terbiasa (Corruption by Greed), keserakahan.
Yang keempat adalah STRATEGI TERTULIS (Blueprint Strategy).
Fakta: Indonesia adalah negara yang pemimpinnya terbiasa banyak omong karena Indonesia adalah sebuah negara yang masyarakatnya Oral Culture.
“Budaya nya omong-omong, budaya menulis susah, membaca apalagi”
Omong-omong ini biasanya sampai keujung-ujungnya tidak sama. Supaya orang bisa kembali melihat apakah komitmen sudah dijalankan, apakah kesepakatan tadi sudah jelas, itu harus dituangkan dalam strategi tertulis. Orang boleh berganti, tetapi strategi harus berjalan terus
Seperti John F Kennedy pada tahun 1961 saat mengatakan ingin “Mendaratkan manusia ke bulan dan membawa mereka dengan selamat kembali ke bumi pada akhir dekade ini”.
Meskipun pada 1963 Kennedy tewas ditembak, tapi komitmen nya jalan terus. Semua orang tau kalau visi mereka adalah mendaratkan manusia ke bulan dan membawa nya kembali dengan selamat sebelum tahun 1970. Dan pada 1969 mereka berhasil sampai ke bulan. Mengapa demikian? Karena visi itu kemudian diterjemahkan dalam sebuah blueprint strategy.
Siapa pun yang melakukannya, maka dia akan mengacu pada blueprint strategy. Tidak seperti sekarang kita saksikan, ganti orang ganti strategi, yang berakibat strategi berubah-ubah, konsistensi tidak ada.
“Jadi membuat orang bergerak adalah dengan membuat segala sesuatu itu menjadi lebih ringan, mudah dijalankan, jelas dan mereka dapat dukungan, ditambah lagi dengan ada sesuatu tertulis yang menjadi acuan kita”
3. Mengajak Orang Menyelesaikan Perubahan
Perubahan tidak bisa dijalankan hanya dengan nekat-nekatan. Harus ada perhitungan dan diungkapkan secara tertulis, dan semua orag mengerti apa yang hendak kita lakukan atau pikirkan.
3 tahapan untuk melakukan perubahan: Buka mata orang untuk melihat, Mengajak orang melihat, setelah itu Gerakkan mereka.
Perubahan akan sangat complicated kalau dia merupakan sebuah perjalanan yang panjang. Sebuah long march yang harus dicapai barangkali berbulan-bulan akan mengakibatkan peserta yang sampai diujung sana itu tinggal sedikit sekali. They are Getting Tired, keletihan.
Setelah yang pertama Getting Tired, lalu yang kedua Getting Lost. Belum lagi ditengah jalan terlalu banyak godaan. Sesuatu yang jarak waktunya panjang, kemungkinan kita untuk getting lost itu besar sekali.
Break down hal tersebut menjadi sebuah tahapan-tahapan kecil, sehingga orang tau dimana dia berada dan tidak getting lost.
Jangan sampai kita kehilangan yang namanya “Lose Our Hope”. Perlu ada yang namanya “Hope Management”, dan Hope ini harus diberikan dengan namanya “Qucik Wins” atau kemenangan-kemenangan jangka pendek (Short Term Wins).
Setiap pemimpin wajib punya kewajiban untuk mereduksi ketegangan-ketegangan sehingga orang-orang yang menjalankan roda organisasi nyaman menjalankannya. Salah satu cara nya adalah dengan membuat perubahan itu sebuah pesta besar (berikan REWARD).
Dan satu lagi yang terpenting JANGAN terlalu sering berubah, karna justru itu akan membuat pusing.
Seorang pemimpin yang melakukan perubahan butuh dukungan, perubahan itu butuh kita.
Yang terakhir, terus menerus memperbesar gap antara reward dengan cost.
Reward bisa jadi berbentuk psikologis, juga material. Apapun bentuknya, manusia harus dihargai, diberikan balas jasa. Karena perubahan itu sifatnya menantang (challenge). Tapi challenge itu tidak sia-sia, ada reward nya. Keluarga kita akan sejahtera, lingkungan sejahtera, masyarakat berubah, dan kita telah memberikan kontribusi yang positif terhadap perubahan.
“Pemimpin yang besar adalah pemimpin yang melakukan perubahan”
Manajer hanya bekerja dengan rutin menggunakan sistem, kenapa hari ini begitu, karna dari kemarin juga begitu. Kita percaya sistem adalah hal yang baik, merutinitas, menjadi time management, dan akhirnya kemudian orang terbiasa. Tapi Pemimpin harus mengatakan “Ini saatnya berubah karena terjadi perubahan yang lebih besar di luar daripada kecepatan kita merespon didalam”
Kesimpulannya adalah
“Perubahan ini ada tahapannya, mengajak orang melihat, membukaka mata, menggerakkan orang yang sudah melihat, dan mengajak mereka untuk menyelesaikanya termasuk didalamnya membuat mereka Jangan Getting Lost, hilang di jalan, dan Jangan mereka keburu letih (Getting Tired) sehingga tidak menyelesaikan perubahan”
Itulah dia Proses Perubahan dan Jenis Resiko yang akan Dihadapi di Era Perubahan yang bisa kita pelajari dan aplikasikan dalam kehidupan kita di Era Perubahan ini, agar kita terbiasa dengan sebuah perubahan dan bisa mengantisipasi serta menyelesaikan setiap masalah yang datang di era Perubahan.
Nantikan artikel selanjutnya ya temans 🙂
Sumber: Kursus Manajemen Perubahan oleh Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali
Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini