Perubahan Mengakibatkan Kebangkitan Ilmu Pengetahuan

Perubahan Mengakibatkan Kebangkitan Ilmu Pengetahuan. Sebenarnya dampak sebuah perang juga bisa berakibat pada perubahan. Salah satunya adalah perang yang sangat terkenal di dunia yaitu Perang Salib. Kenapa disebut Perang Salib? Karena tentara-tentara dari Eropa itu menggunakan tanda, tandanya itu adalah Salib.

Mereka berasal dari berbagai kerajaan di Eropa yang diundang atas permintaan kaisar Alexis, kaisar Romawi yang merasa terdesak oleh pasukan Islam, kemudian minta bantuan Paus Urbanus dan Paus Urbanus kemudian menghubungi para raja di Eropa untuk mengirimkan pasukannya membantu Byzantium.

Tetapi ternyata Byzantium yang sudah di back up oleh tentara perang salib dengan pasukan lebih dari 40.000 orang menurut sejarah, tetap kalah dan akhirnya jatuh ke tangan pasukan Islam yang pada saat itu hanya dikuasai oleh 15.000 orang.

Perang ini sendiri belakangan diyakini oleh para ahli sejarah bukanlah Perang Agama, walaupun banyak orang yang menganggapnya sebagai perang agama yang dampaknya masih terasa hingga sekarang. Tetapi bagi para sejarawan dan ilmuwan menemukan ternyata itu tidak lebih dari perang untuk memperluas daerah kekuasaan.

Perang yang berlangsung hingga 3 abad ini yang kemudian memicu munculnya Renaissance di Eropa, perubahan besar-besaran berbasiskan ilmu pengetahuan. Mengapa perang ini bisa memicu perubahan walaupun kemudian tentara Salib kalah dari Byzantium? Jawabannya sederhana saja, karna ini adalah perang untuk merebut daerah kekuasaan dan disitulah terjadi pertemuan dua budaya antara Barat dengan Timur.

Dan para pedagang, seperti biasa mereka tetap saja berdagang. Mereka cenderung lebih kompromi, berbagi budaya, menyebarkan kebudayaan, menyesuaikan dengan kebudayaan, dan mereka orang pesisir, bukan orang pedalaman.

Orang-orang pesisir punya kecenderungan untuk beradaptasi terhadap perubahan. Sejak saat itulah kemudian orang-orang Barat mengerti ada daerah yang namanya India, pusat rempah-rempah yang pada saat itu memicu pasukan dari Eropa untuk mencari dimana letak India, yang kemudian timbullah jalur perdaangan.

Para pedagang Arab kemudian menemukan jalur untuk berdagang dengan orang-orang di Barat. Muncullah jalur-jalur perdagangan baru seperti di daerah Italy sampai ke Florence. Kemudian juga terjadilah pertukaran ilmu pengetahuan. Matematika atau aljabar yang dulu digunakan atau berkembang pesat di Mesir, kemudian juga dipelajari sampai ke Eropa, bahkan ilmu kimia yang dulu sangat begitu kuat di Timur Tengah kemudian dipelajari menjadi lebih scientific lagi di Barat yang memicu Renaissance.

Pertemuan antara Barat dan Timur dari Perang Salib itu kemudian memicu perubahan besar di Eropa, dan tentu juga terjadi pemicu yang besar di Timur Tengah, Asia, dan sekitarnya. Kemudian perdagangan menjadi meluas dan akhirnya dunia menyaksikan di abad ke 21, sebuah era globalisasi.

 

Filosofi dari Patung Ganesha

Kalau teman-teman pernah mengunjung Kampus ITB Bandung, pasti pernah melihat Patung Ganesha yang ada di Pintu Gerbang utama didepan Kampus ITB. Diceritakan dalam mitologi Hndu, Ganesha adalah Putra dari Dewi Sri Parwati bersama dengan dewa yang dihormati dalam mitologi Hindu yaitu Dewa Syiwa.

Patung Ganesha Sebagai Lambang Kampus ITB
Patung Ganesha Sebagai Lambang Kampus ITB. Sumber: duken.info

Suatu ketika Dewi Sri Parwati hendak mandi dan tidak menemukan seseorang yang bisa menjaga dalam rumahnya. Akhirnya ia memanggil putranya, Ganesha, “Hendaknya engkau menjaga aku, menjaga di rumah ini dan melarang siapapun untuk masuk’, katanya.

Tetapi ternyata yang datang saat itu adalah ayahnya sendiri, Dewa Syiwa. Dan Dew Syiwa pun dilarang masuk oleh Ganesha. Yang akibatnya Dewa Syiwa marah pada anaknya, hingga akhirnya dipenggal kepalanya. Seketika itu juga Dewi Sri Parwati kemudian keluar, marah Dewi Sri. Karena anaknya yang sangat dicintai danj setia menjaga dirinya itu dipenggal oleh ayahnya sendiri.

Dewi Sri Purwati kemudian menuntut kepada suaminya agar bisa memasang kembali. Pada saat itu dipercaya kalau kepala putus dipasang kembali, maka dapat hidup kembali. Dan akhirnya kemudian Dewa Syiwa berjanji, “Saya akan memasangkan kepala pada makhluk yang pertama kali saya lihat”. Ditunggu-tunggu tidak ada manusia yang lewat, kemudian muncullah seekor gajah pengawal. Dewa Syiwa memenggal kepala gajah itu dan memasangkan kepada Ganesha.

Akhirnya Ganesha hidup kembali. Dan Ganesha tidak pernah menyesal, tidak pernah dendam. Dan pada symbol dari Patung Ganeha yang sering kita lihat, mulai dari 4 tangan, belalai gajah, tikus dan sebagainya masing-masing mencerminkan simbolnya.

Simbol yang pertama di tangan sebelah kiri itu ada lontar, dan sekarang di beberapa tempat itu dipakainya adalah sebuah buku. Buku teks atau ilmu pengetahuan. Lontar atau buku teks ini adalah sumber ilmu pengetahuan. Kalau hendak melakukan transformasi atau perubahan hendaknya kita menggunakan pengetahuan. Kita saksikan ada banyak sekali orang yang meninggal atau wafat karena melakukan perubahan, dan kita memerlukan pengetahuan untuk mengatasi berbagai rintangan.

Selain ada lontar atau pengetahuan, kemudian ada sebuah cawan suci yang kadang-kadang digambarkan dengan menggunakan taasbih dan sebagaiya. Artnya sekalipun kita berpengatahuan, hati kita, jiwa kita itu haruslah suci, bersih. Siapapun melakukan perubahan sekalipun dia begitu kuat, berpengetahuan, tetapi kalau hatinya tidak bersih, atau barangkali terlibat korupsi, maka dapat denga mudah digulung oleh perubahan tersebut. Oleh karena itu perubahan harus didasari oleh nilai-nilai yang memadai.

Kemudian selanjutnya yang menarik adalah kapak. Kapak adalah alat untuk mengatasi rintangan. Oleh karena itu Ganesha seringkali juga disebut sebagai dewa untuk mengatasi segala rintangan. Kita ketahui selalu ada banyak rintangan yang harus kita atasi. Mulai dari resistensi, cara berpikir lama, orang-orang yang belum bisa melihat, orang-orang yang berpolitik untuk menyingkirkan kita, orang-orang yang tidak bersedia kenikmatannya berubah atau pindah, atau mereka yang sudah terbelenggu oleh zona nyaman.

Sementara di tangan kanan belakang walaupun kadang-kadang yang dipegang adalah tasbih atau benda lain, tangan depan ini juga kadang dipasang gading yang patah. Diceritakan dalam mitologi ini karena Dewa Ganesha pada suatu ketika terlibat perang atau memimpin perang yang gadingnya patah. Ini bisa ditafsirkan seorang pemimpin perubahan tidak akan mungkin mulus. Seorang pemimpin perubahan pasti akan menghadapi hambatan-hambatan dan itu adalah bentuk pengorbanan.

Oleh karena itulah secara keseluruhan 4 tangan ini dapat disebut sebagai tokoh perubahan. Disamping gajah sendiri memiliki filosofi lainnya. Belalainya panjang, mencari makan, atau informasi,atau data cukup jauh. Matanya kecil, melihat sedikit, tetapi daya ingatnya besar. Telinganya begitu besar, artinya banyak mendengarkan. Disisi lain perutnya buncit, karena dia adalah anak kesayangan Dewi Sri Purwati yang banyak diberi makan.

Dan yang terakhir, dia menduduki tikus dibawahnya. Tikus itu adalah lambang kerakusan yang artinya harus ditaklukkan. Kerakusan harus ditaklukkan karena tikus bisa memakan apa saja, tentu itu harus diduduki, ditaklukkan. Itulah Filosofi dari Patung Ganesha yang bisa dijadikan pelajaran sebagai Simbol Perubahan.

Dan sesungguhnya Perubahan Mengakibatkan Kebangkitan Ilmu Pengetahuan.

Sumber: Kursus Manajemen Perubahan oleh Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali

Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *