Pemasaran di Era Digitalisasi. Teknologi sudah membuat hal yang vertical tadinya menjadi horizontal. Dari one to many, menjadi one to one bahkan many to many.
Semua orang menjadi setara. Di political legal dan social culture, kita lihat eksklusif menjadi inklusif.
Dan yang terakhir dari sisi market sendiri, dari individual menjadi social. Customer itu dulu individual, harus ditembak satu-satu, namanya target market. Kalo sekarang social artinya customer itu tidak berdiri sendiri, tetapi ia berinteraksi dengan orang lain, sehingga dia dipengaruhi oleh social komunitasnya.
Yang pertama ada online dan offline. Kelihatannya seperti berbeda, tetapi paradoksnya keduanya sangat diperlukan. Jangan dikira online akan membunuh offline. Mereka keduanya saling membutuhkan, dua paradox yang harus disatukan.
Yang kedua, ada Informed Customer dan Distracted Customer. Customer itu semakin punya informasi. Sedikit aneh sih, karna kita itu bisa mencari informasi sendiri dari mana-mana, tapi kok memerlukan opini dari orang lain? Sehingga kita terpaksa sebagai marketer itu mempengaruhi juga, supaya orang lain bisa bicara bagus tentang kita. Kalau enggak customer akan bingung mencari informasi dari sumbernya dan juga mencari informasi dari orang lain.
Dan yang terakhir itu ada paradox antara negative dan positive advocacy, kita tidak bisa menjamin bahwa advokasi dari orang itu selalu bagus terhadap kita. Orang bisa bagus, dan jelek, yang terpenting adalah bagaimana kita me-manage komunikasinya.
Pola 4A (Aware, Attitude, Act, and Act again), ini adalah era sebelum internet. Dimana customer path itu dimulai pada saat kita meng-create awareness untuk customer.
Tapi dimasa internet ini, sesudah aware diciptakan, kita punya tugas untuk meng-appeal orang lain, dan memberi kesempatan mereka untuk bertanya. Kalau tidak meng-appeal mereka, maka mereka akan pindah ketempat lain.
Sesudah ter-appeal, sesudah mereka tertarik dengan style dari produk kita, selanjutnya mereka akan tanya akan substance-nya, kalau hal tersebut sudah beres, maka mereka akan membeli produknya (Act).
Apakah mereka akan Act again? Yang terpenting pada era internet disini adalah Advocacy. Diharapkan sesudah dia Act, dia senang, maka akan memberikan positive advocacy, yang nanti akan mem-balance kepada negative advocacy yang mungkin diciptakan oleh pesaing-pesaing kita.
Di era internet ini, sangat gampang sekali untuk melakukan advocacy. Seperti retweet, upload, kemudian reload, selain berkomentar tentunya. Advocacy melalui komentar ini merupakan tipe promosi word of mouth atau mouth to mouth. Kalau mereka puas, orang lain akan beli. Kalau misalnya belum beli, setidaknya bisa menyebarluaskan tentang kebaikan-kebaikan si marketer.
Ada 3 komunitas yang sangat diuntungkan pada era internet ini. Yaitu Youth, Woman, Netizen
Dan kalau kita bicara simple marketing, itu ada 3. Yaitu Win the Mindshare, Win the Marketshare, dan Win the Heartshare.
Salah satu caranya adalah memenangkan mindshare dengan menguasai Youth. Karena Youth ini sekarang seolah-olah mendapat kesempatan dengan adanya internet. Dulu panggung seperti ini cuma dikuasai oleh para orang tua dan senior.
Sekarang dengan adanya internet, anak muda bisa mengalahkan power yang lebih senior, Woman bisa mengalahkan power dari Man, karena mereka mendapatkan marketshare melalui online.
Dan yang terakhir, Netizen, yang bisa memojokkan Citizen. Citizen adalah orang yang gaptek, yang repot menghadapi netizen yang bisa meng-organize heart. Artinya heartshare itu dimenangkan oleh netizen. Mendadak netizen bisa membuat orang lain bisa senang terhadap suatu brand, atau membencinya.
Jadi, YWN (Youth, Woman, Netizen) adalah komunitas masa depan sesudah adanya digitalisasi
Sumber: Kursus Pemasaran di era Digital oleh Markplus di IndonesiaX
Baca juga Bagaimana Cara Memulai sebuah StartUp Disini