Era Baru Model Bisnis

Era Baru Model Bisnis. Dalam era Disruptions, banyak customer yang berpindah ke perusahaan-perusahaan Startup yang baru. Karena sekarang sudah berubah, kalau dulu dalam berbisnis kita hanya bersaing dengan Produk versus Produk (Coca cola vs Pepsi, Mustika Ratu vs Sari Ayu, Tolak Angin vs Antangin), sementara sekarang yang bersaing adalah Bisnis Model vs Bisnis Model.

Bisnis Model itu adalah “How we plan to make money” , bagaimana kita dapat merencanakan uangnya. Berbeda dari kebiasaan yang lalu dimana kita mendapat uangnya dari memasarkan sebuah produk, lalu kita dapat uang dari customer. Maka kita bahas analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats) yaitu Peluang yang ada, Ancaman yang ada, kemudian kita melakukan permeriksaan terhadap Kekuatan dan Kelemahan kita, apakah itu di packaging, pricing, dsb. Lalu kita melakukan identifikasi kompertitor, sehingga kalau kompetitor membuat produk baru, kita pun ikut-ikutan. Contohnya ketika penjual jamu bubuk berhasil maka semua menjual jamu bubuk. (Produk dilawan Produk)

Hingga ada sebuah case dalam produk telco yang bersaing dengan business model, mereka merubah cost-structure nya, tidak lagi memakai pendekatan own economy, tetapi sharing economy. Mereka bekerja sama dalam menggunakan BTS sehingga satu BTS berisi berbagai provider. Mereka Cracking the cost.

Konsep Sharing Economy dalam Bisnis Model terbaru
Konsep Sharing Economy dalam Bisnis Model terbaru. Foto: becominghuman.ai

Disaat pesaing bersaing dengan cost-structure, dengan biaya produksi yang tinggi, harga menjadi 30 rupiah dengan biaya produksi 25 rupiah, dan hanya dapat keuntungan 5 rupiah, mereka tidak bisa melawan. Karna perusahaan yang meng-crack cost-nya sedemikian rupa tadi hingga bisa menjual dengan harga 1 rupiah.

Ini bukan perang harga tetapi ini perang bisnis model. Bahkan kultur penggajian karyawan, metode kerja, mereka bongkar semua. Perang bisnis model ini sering memicu keributan, karena pemerintah tidak mengerti bagaimana pertarungan dalam business model.

Salah satu Case Study nya adalah 7 Eleven yang sempat booming pada awaal 2011an dulu. Dimana mereka membuka convenient store, sedekat mungkin dengan konsumen, dengan barang-barang sehari yang dibutuhkan.

Lalu mereka bertarung dengan harga dan iklan. Sampai kemudian suatu ketika muncul anak muda Indonesia dan ingin mendapatkan license, franchise, untuk mengoperasikan 7-Eleven Indonesia. Mereka merubah bisnis modelnya dan disetujui.

7 Eleven yang awalnya hanya buka seven till eleven, kini berubah menjadi 24 jam. Karena ini model bisnis, dan mereka paham betul konsumennya adalah anak-anak muda (Generation Z). Dimana konsep Maslow yang paling bawah kebutuhannya bukan hanya Sandang, Pangan, Papan, tetapi juga ditambah Wifi dan powerbank.

Jadi pertarungan antara 7 Eleven melawan Circle K, Indomaret, Alfa, itu sudah berbeda. Mereka bertarung dalam model bisnis, yang satu adalah sebagai tempat anak muda nongkrong, dan yang lainnya adalah tempat untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari pada jam 7 sampai 11, sementara mereka 24 jam. That’s business model.

Business model ini belakangan digunakan untuk mencari pendapatan termasuk oleh mereka yang melakukan disruptions. Mereka belajar mereformulasi strategi dalam rangka menghadapi era yang disruptive ini.

Sumber: Kursus The Art of StartUp di Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali

Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *