Sejarah Kewirausahaan dan Kelahiran dari Generasi Millenial

Sejarah Kewirausahaan dan Kelahiran dari Generasi Millenial. Istilah kewirausahaan sebetulnya sudah lama dikenal diseluruh dunia (sejak 1940-an) hasil analisa dari seorang ekonom bernama Schumpeter mengapa kapitalisme mengalami beberapa kali fase penghancuran.

Penghancuran itu yang dikenal dengan nama krisis. Dulu dalam siklus ekonomi setiap krisis akan datang setiap 25 sampai 40 tahun sekali. Dan belakangan itu terjadi setiap 6-8 tahun sekali.

Krisis seperti ini juga terjadi di Indonesia. Pada awalnya kita mengalami krisis multidimensi pada 1998, kemudian setelah itu mengalami pertumbuhan yang baik hingga tahun 2006. Pada tahun 2008, terjadilah subprime mortgage crisis di Amerika Serikat, yang menghambat pertumbuhan ekonomi Eropa.

Yunani terkena krisis, termasuk Italy, Perancis, kemudian merembet ke seluruh Eropa hingga kemudian China dan akhirnya Indonesia juga kena. Pada waktu itu para ekonom percaya bahwa kapitalisme akan terus berlangsung sementara orang-orang marxis (penganut komunisme) mengatakan kapitalisme akan berakhir dan dikalahkan oleh marxisme. Namun nyatanya, pada tahun 1979 marxisme justru hancur ditandai dengan robohnya tembok berlin, China mulai membuka diri dsb.

Tapi Schumpeter menemukan bahwa krisis yang dialami oleh para kapitalis itu terjadi karena adanya entrepreneur, yang menghancurkan keadaan tapi dengan menumbuhkan kembali. Ibaratnya seperti musim semi dan musim rontok, harus ada yang dirontokkan sebelum musim semi muncul dengan kembang atau bunga-bunga yang begitu indah (cherry blossom), seperti itulah mekanisme yang diciptakan entrepreneur.

Meskipun sudah ada sejak tahun 1940-an, entrepreneur ini sangat lambat sekali berkembangnya di Indonesia. Ini dikarenakan:

  • Indonesia ini sangat luas sekali sehingga kalau orang berusaha pengennya selalu didalam pasar domestik
  • Pelaku-pelaku ekonomi kita kalau bukan keturunan asing adalah orang asing, yang datang ke Indonesia berbentuk perusahaan (VOC), atau orang keturunan asing baik itu Arab, India, Tionghoa, bahkan Yahudi dan Vietnam
  • Yang pribumi ternyata lebih tertarik untuk menjadi ketua RT, Camat, Bupati, dsb. Kalaupun berbisnis mereka lebih suka yang ada hubungannya dengan penguasa, sehingga dikenal dengan nama rent-seekers. Mereka menjadi besar karena kemudahan akses yang diberikan oleh negara, bukan karena inovasi

Situasi ini berbeda ketika pada tahun 1997-1998 Indonesia mengalami krisis luar biasa sehingga tidak banyak lapangan pekerjaan yang akhirnya mendorong generasi baru yang dinamakan millennial, yang lahir setelah tahun 1980.

Anak-anak muda ini sulit mendapatkan pekerjaan, sehingga mereka berwirausaha. Mereka menjajakan gerobak, lalu membuat franchise mengikuti apa yang telah dilakukan senior mereka. Mereka mulai bisa membaca pasar, yaitu menjual produk yang menjadi kebutuhan orang sehari-hari, seperti makanan, kemudian juga ada kerajinan tangan.

Jadi, generasi pertama berbisnis kita dulunya adalah kaitan dengan penguasa, kemudian beralih masuk ke kuliner dan kerajinan, pariwisata, perkebunan dan sedikit manufaktur. Tetapi untuk generasi millennial saat ini, mempunyai karakter yang berbeda. Setiap bisnis mereka memiliki kaitan dengan teknologi .

Ciri-ciri Generasi Millenials

Sekarang para anak muda tidak lagi menyebutnya kewirausahaan, mereka lebih bangga dirinya adalah pelaku Startup. Di barat, orang menyebut generasi millenials ini sebagai Generation Y, tetapi gen Y yang merupakan transformasi dari Generastion X ini karakternya lebih banyak menjadi pekerja, lalu kemudian kesal melihat pekerjaan itu hilang karena ada krisis dan kemudian rumah tangga mereka berantakan, mereka workaholic tetapi rumah tangga berantakan.

Sementara Generasi Y menata kembali hubungannya. Mereka mendatangi kakek mereka, menghargai keluarga besar mereka. Kemudian mereka juga cenderung tdak terlalu percaya pada lapangan pekerjaan yang sudah dijalani beberapa tahun kemudian ternyata bangkrut.

Generasi Y ini tidak begitu happy dan kemudian mereka masuk ke dalam dunia wirausaha, menciptakan hal-hal baru. Generasi Millenial ini adalah generasi yang lahir setelah tahun 1982.

Generasi millenials ini adalah generasi terbesar sepanjang sejarah. Bahkan di Amerika Serikat jumlah mereka 75 juta jiwa, mereka juga generasi yang sangat terdidik dengan 75 % memiliki pendidikan yang bagus hingga ke jenjang S2.

Generasi millennial ini juga banyak yang naik kelas menjadi kelas menengah ke atas. Mereka juga lebih konsumtif, dan memiliki lifestyle yang sangat mahal . Selain itu mereka juga disebut narscissitic generation (generasi narsis), bahkan sampai majalah Time menyebutnya sebagai  “me, me, me, generation me”.

Gaya hidup generasi millennial ini juga berbeda. Mereka bangunnya agak siang tapi tengah malam mereka masih bekerja, mereka bekerja lebih banyak didorong bukan karna tawaran gaji yang baik, tetapi  di-drive oleh sense of mission mereka.

Generasi Millenialls ini juga optimis terhadap hari esok. Mereka ingin menjadi pelopor di bidang teknologi, 60% diantara mereka aktif memberikan donasi melalui charity-charity walaupun penghasilan mereka belum besar, mereka hungry to make an impact.

Selain sangat konsumtif, mereka juga memikirkan saving, mereka mengatakan dalam 5 tahun kedepan harus sudah memiliki rumah. Mereka juga mengatakan harus memiliki asuransi dan harus masuk kedalam dunia teknologi.

71% diantara mereka mengatakan bahwa ingin mengurus masalah kesehatannya melalui dunia aplikasi, jadi mereka tidak perlu ke dokter langsung. 62% diantara mereka bermigrasi ke kota. Kaum muda ini meninggalkan kampung, oleh karena itu maka internet menjadi sangat penting sekali karena mereka mencari dunia yang bisa akses. Mereka mengatakan ‘akses jauh lebih penting daripada memiliki’.

Generasi Millenials ini pernah disebut sebagai Generasi C, karena ciri-ciri mereke serba C. Diantaranya adalah:

  • Connected, mereka terhubung satu sama lain
  • Channel, mereka berkomunikasi
  • Community, mereka membangun komunitas
  • Conversation, mereka melakukan pembicaraan
  • Content, mereka membuat konten yang tidak terproteksi oleh royalty dan hukum
  • Co-creator, mereka sadar segala sesuatu bisa diciptakan bersama-sama

Itulah potret generasi millenials yang tentu saja mempunyai spirit kewirausahaan yang berbeda

Generasi Millenial yang dekat dengan Teknologi
Generasi Millenial yang dekat dengan Teknologi. Foto: geronimo.fm

Pola Pikir Millenials

Ada 2 hal yang akan dijelaskan tentang generasi millenials ini, yaitu:

  • Sikap dan perilaku mereka terhadap Brand
  • Mereka adalah generasi yang memiliki Gallery Mindset

Tentang Brand, brand pada dasarnya adalah sesuatu yang awalnya generasi-generasi lama itu melakukannya untuk melakukan perbedaan. Misalnya zaman dulu ada sapi banyak sekali, nah brand itu adalah sesuatu yang di cap di badan sapi, sapinya milik si A dikasi tanda sehingga orang tau, bahwa kumpulan sapi tersebut punya si A.

Jadi, brand pada awalnya hanya merupakan stempel, cap. Tetapi belakangan orang membuat brand itu untuk menciptakan diferensiasi sekaligus menciptakan kesan. Dan belakangan brand itu mempunyai misi tertentu atau ada sesuatu yang secara psikologis dalam fikiran manusia itu terkandung maknanya..

Generasi baru ini melihat brand lebih sebagai values, nilai-nilai yang terkandung didalamnya. 80% mereka memilih perusahaan yang punya solusi terhadap masalah-masalah sosial.

Meskipun mereka bukan environmentalist, tetapi ketika membeli produk, mereka sangat memperhatikan apakah produk-produk itu benar-benar sudah dibuat dan perusahaan itu memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Mereka lebih suka hal-hal yang sifatnya recycle dan energy yang renewables, jadi dapat diperbaharui dan diulangi. Mereka tidak mau kita membuang sembarangan.

Karna generasi millenials saat ini bukan lagi mencari sesuatu yang luxurious, mereka lebih mengutamakan values. Perusahaan-perusahaan lama harus memikirkan ini.

Yang kedua adalah Gallery Mindset. Pada era sebelumnya, sampai presiden SBY, sebagian generasi muda menyebutnya itu adalah old school, mereka berkomunikasi sangat hati-hati, sangat khawatir akan salah ucap, mendahului sesuatu sebelum konklusinya jadi. Tetapi sejak zaman presiden Jokowi kesini, kita bisa lihat bukan cuma presiden Jokowi saja yang muncul, ada walikota sekelas Ridwan Kamil beserta beberapa kepala daerah lainnya yang begitu bergaya muda, mereka tidak meng-entertain politik begitu saja, tapi mereka sangat dekat dengan masyarakat karena memiliki yang disebut gallery mindset.

Mereka sangat berempati kepada rakyatnya, mereka lebih senang memarahi aparatnya ketimbang menyalahkan rakyat. Mereka menggunakan berbagai alat yang namanya smart government tersebut

Mereka menggunakan teknologi sehingga masyarakat bisa berkomunikasi dan kalau ada masalah kepala dinasnya langsung ditegur. Ini berbeda dengan generasi sebelumnya, yang sangat melindungi aparatnya dalam era pemerintahan yang stabil.

Semua ini terjadi karena ada kesadaran baru dalam peradaban kamera yaitu semua orang merasa diperlukan adanya gallery mindset, sebuah produk tidak akan ada arti apa-apa sebelum dia muncul di depan gallery

 

Sumber: Kursus The Art of StartUp di Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali

Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *