Mengapa Dollar Amerika Menguat? Kita ketahui sebelum Perang Dunia Pertama, sistem yang berlaku adalah yang dikenal dengan nama classical gold standard. Pada saat itu manusia masih sangat menghargai emas dan pada waktu itu pula mata uang dicetak berbasiskan harga dari emas pada saat itu per ounce.
Kalau harga per ounce emas itu adalah US$20, maka mereka mencetak uang US$20. Jadilah emas 100% seperti yang sudah ada pada uangnya. Jadi di situ terjadilah suatu standard berbasiskan emas. Tetapi ini kemudian berakhir ketika dunia mengalami krisis ekonomi global yang kita kenal, Malaise, terjadi pengangguran besar-besaran yang setelah itu kemudian memicu Perang Dunia Pertama.
Kemudian setelah perang dunia pertama, kita menyaksikan rebutan antara dua bangsa untuk mulai memakai mata uangya, yaitu Inggris dan Amerika Serikat. Tetapi US belum begitu dominan, masih ada Detuch Mark, Lira, Franc, serta Yen dan Yuan.
Terjadi pertempuran-pertempuran hingga timbul gagasan setelah tahun 1916 yaitu yang namanya reserve ratio. Reserve ratio merupakan sistem perbankan yang lebih modern, jadi kalau kita mempunyai 20 emas dengan senilai US$20, kemudian tertarik untuk mencetak dollar senilai, katakanlah US$50. Jadi kalau US$40 emas, per ounce US$40, kita mencetak US$100 mata uang. Itulah yang disebut dengan reserve ratio (reserve ratio nya 40%), inilah yang dikenal dengan sistem interwar gold standard.
Karena negara Amerika tidak hancur di Perang Dunia Kedua, maka Amerika memiliki kekuatan untuk membangun Eropa, Asia termasuk Jepang. Dan kemudian pada tahun 1944, berkumpullah para kepala negara untuk mempunyai sistem keuangan baru. Ini kemudian dikenal dengan nama Bretton Woods. Bretton Woods ini kemudian mulai mem-back dollar dengan emas senilai US$35 dan mereka kemudian bisa mencetak mata uang lebih besar lagi. Lalu Dollar digunakan sebagai mata uang untuk memicu perdagangan internasional.
Pada 1992 Eropa akan berubah menjadi European Union, kemudian mereka mulai membangun sistem mata uang tunggal (Euro). Maka sistem itu dibangun dan semuanya membutuhkan dollar.
Namun pada 15 agustus 1971 Presiden Nixon mengejutkan dunia dengan mengeluarkan sistem baru dimana mata uang tidak lagi di back dengan emas. Yang mengakibatkan pada tahun 2008 Amerika mengalami krisis.
Hingga pada 2009 masa pemerintahan Obama ekonomi mereka mulai membaik, karna The Fed dengan kepemimpinan yang baru kemudian menurunkan tingkat bunga, dari 5%, 4%, 3.5%, terus turun hingga 0.25%, mendekati 0.

Pada saat mendekati nol itu, mereka mencetak uang banyak sekali (Quantitative Easing), dan tidak ada yang protes. Kemudian uang ini disebarkan ke seluruh dunia lewat orang-orang yang meminjam dari bank, lalu mereka membeli saham-saham di negara seperti Indonesia, Brazil, China dsb. Sehingga pasar modal di negara-negara itu tumbuh begitu bergairah, mata uangnya menjadi seakan-akan menguat, Dollar banyak sekali, karena Amerika mencetak Dollar, dan kita tidak menyadari Dollar itu sangat riskan karena tidak didukung dengan dasar, pondasi, jaminan yang kuat.
Dan sekarang Amerika tiba-tiba menjanjikan akan menarik quantitative easing itu, dan bunga nya dinaikkan, yang membuat panik negara-negara yang meminjam tadi, sementara kebutuhan akan dollar sangat besar buat negara-negara yang berkembang.
Makanya kemudian supply dollar berkurang tapi kemudian demand nya sangat besar hingga akhirnya harga dollar pun naik. Tapi sampai saat ini Indonesia masih bisa terkendali.
Sejak Amerika terjangkit perang, terlibat di berbagai negara, mereka mulai terjadi The Seven Stages (Baca Disini), masyarakat dunia mulai kehilangan faith, kepercayaan terhadap dollar, dan mereka sudah mengambil langkah-langkah.
Sudah tau kan alasan Mengapa Dollar Amerika Menguat? Nantikan artikel kita selanjutnya ya temans 🙂
Sumber: Kursus Manajemen Perubahan oleh Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali
Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini