Kitabisa.com, Platform yang memberikan perubahan sosial di Indonesia dengan prinsip gotong royong online. Kitabisa.com inididirikan oleh Al Fatih Timur, biasa dipanggil Timmy, alumni FEB UI yang berasal dari Bukittinggi Sumatra Barat. Timmy yang bercita-cita menjadi Presiden ini diberi challenge untuk menciptakan karya, hingga akhirnya ia mendirikan Kitabisa.
Kitabisa.com adalah website untuk menggalang dana terhadap isu sosial. Kalau diluar negeri itu namanya crowd funding (Pendanaan public/massa), di Indonesia sederhananya adalah patungan, urunan, udunan, dll.
Intinya kalau dulu kita menggalang dana sosial menggunakan box, saat ini sudah bisa menggalangnya secara online melalui website. Melalui Kitabisa, orang bisa masukin proposal secara transparan. Tinggal pilih ingin membantu siapa, butuh dana berapa, lalu nanti ada link-nya yang bisa disebarkan ke donatur
Sejak didirikan pada 2013 yang lalu, Kitabisa sudah mendanai sebanyak 1.200 patungan public secara online. Waktu 2013 lalu mereka ngumpulin 300 juta rupiah, 2014 naik sekitar 1,4 miliar, 2015 menjadi 7 milliar, dan 2016 sampai 12 miliar.
Contoh sederhananya adalah Ibu Rosidah, yang terkena kanker payudara. Saat itu salah satu artis Andien melakukan campaign (campaigner) melalui Kitabisa, dan menjadi viral di social media. Hanya dalam 5 hari dapat terkumpul 600 juta rupiah dari sekitar 600 donatur.
Kalau diluar negeri itu ada Crowdfunding Kikcstarter yang membiayai inovasi, industri kreatif. Sedangkan positioning yang diambil oleh Kitabisa adalah fokus ke project sosial.
Termasuk juga buat NGO yang butuh pendanaan, bisa melakukan campaign dengan story yang lebih spesifik, lengkap dengan impact yang diharapkan.
Campaign yang booming selanjutnya adalah ketika salah seorang mahasiswa IPB mengkampanyekan untuk menyumbang kepada salah satu pedagang disekitar kampus untuk berangkat umrah. Lalu selanjutnya juga ada Campaign Bus Donor Darah PMI
Kitabisa ini tidak punya satupun program, semuanya berdasarkan inisiatif public yang mengajukan. Untuk monetisasi sendiri, kalau diluar negeri ada percentage fee 5%, 10%, atau 15%, Kitabisa hanya charge 5%, dan itu tidak termasuk untuk orang yang medical dan korban bencana alam
Platform Ini menggunakan sistem sharing economy, jika sebelumnya untuk mendapatkan modal kita harus pitch ke bank atau investor, sekarang public yang memiliki.
Sang Founder Timmy ini dibesarkan di Bukittinggi, dimana koperasi itu nyata dalam kehidupan sehari-hari, dan juga tempat Bung Hatta menggali ekonomi gotong royong.
Sedikit wawasan buat teman-teman, kalau Bung Karno merumuskan Pancasila dengan melihat kenyataan di Ende, dengan keragaman, kerukunan, dan sebagainya sehingga menjadi Pancasila, sementara Bung Hatta 60 tahun lalu bilang masyarakat desa itu aslinya komunal dan kolektif, setiap acara adat, yang patungan itu masyarakat, mulai dari bawa uang, makanan, dan macam-macamnya.
Dan ini seharusnya ter-leverage dengan adanya teknologi, karna memang praktek gotong royong itu sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.
Sadarilah bahwa Ekonomi Gotong Royong ini adalah perwujudan dari Ekonomi Pancasila
Sumber: Kursus The Art of StartUp di Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali
Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini