Cara Menghadapi Era Disruption. Kehadiran Startup akan selalu memberikan dilema bagi Incumbent, mereka yang sudah menjadi besar, untungnya banyak, karyawan banyak dan mereka patuh pada regulasi. Tetapi ini adalah masalah Inovasi, masalah Disruption.
Maka dari itu hal yang sebaiknya Incumbent lakukan adalah:
- Incumbent harus belajar lagi mengenai strategi disruption
- Incumbent harus merekrut kaum muda masuk kedalam institusinya dan menjadikan mereka pemimpin, change agent, dan pelaku
Karna anak muda saat ini sangat kreatif, di usia muda mereka sudah menjadi eksekutif dan pengusaha. Mereka kebanyakan anak-anak dari kelas menengah yang orang tuanya sudah memiliki income cukup baik.
Sebaiknya para pelaku usaha berperilaku seperti Startup, agar menerapkan strategi seperti startup hingga hasilnya mengalami kenaikan. Harus dilakukan langkah-langkah yang kreatif, produktif, dan ini tak lepas dari yang namanya Inovasi.
Pada dasarnya Inovasi terdiri dari 2:
- Sustaining Innovation, artinya meningkatkan pelayanan, meningkatkan produk, terus menerus.
Contohnya pada televisi mulai dari hitam putih yang banyak semutnya, lalu kemudian memperbaikinya. Kemudian beralih ke warna, kemudian dari desain nya berubah semakin tipis dan gambarnya semakin bagus. - Disruptive Innovation, ini dilakukan dengan menghancurkan yang sudah ada.
Mereka tidak masuk dengan cara yang lama, tapi cara baru dan disruptif innovation, yang fokusnya bukan pada produk dan jasa melainkan pada Business Model
Bisnis model yang dibikin juga bukan merupakan fix point, tetapi memerlukan perbaikan terus menerus, yang berdasarkan kepada kebutuhan konsumen. Contohnya pada proses pembayaran yang dimulai dari COD, kemudian perlahan beralih ke uang digital, dan juga pada pengirimannya mulai menggunakan drone.
Kemudian cara-caranya itu juga diperbaiki terus menerus, para pelaku disruption biasanya fokus pada business model, dan selalu memperbaikinya untuk memastikan bagaimana cara mendapatkan uang. Seringkali pelaku bisnis usaha lama mengatakan ini adalah cara predatori. Harganya dibikin murah, kemudian menguasai pasar, setelah yang lain bangkrut, kemudian bisa menguasai, ini merupakan cara berpikir lama.
Karna pengusaha baru ini memperbaiki bisnis model-nya sampai ke seluruh mata rantainya, mulai dari Customer Segment, Key Partners, Cost Structure, Revenue Streams, Cracking the Cost, dsb
Disruption bukanlah sebuah proses jangka pendek sesaat. Disruption adalah sebuah proses yang berkelanjutan, membutuhkan waktu. Dan semua itu ada pattern nya, yang kita sebut dengan Disruption Path.
Case study-nya bisa dilihat dari iPhone, yang dimuai dengan iPod kemudian diperbaiki, musik seperti apa, internet, kemudian digabungkan. Hingga akhirnya iPhone bisa mengalahkan Nokia. Sampai-sampai CEO Nokia mengatakan “Kami tidak melakukan apa-apa yang salah, tetapi kami kehilangan”. Sebuah pukulan telak kedua yang dialami Finlandia, sebelum yang pertama yaitu kertas yang juga di Disruption.
Namun beberapa pelaku di bidang Disruption ini tidak otomatis berhasil, bisa jadi juga kita gagal. Kemudian, seperti yang sering diucapkan oleh Kristensen, yang mengatakan disrupt or be disrupted. Para pelaku lama biasanya fokus mempertahankan customer yang sangat demanding, customer yang high quality, yang memberikan margin yang baik, mereka melakukan upaya-upaya bertahan disana.
Tetapi mereka juga harus melakukan strategi untuk menghadapi ini, dan yang terpenting adalah membuat organisasi menjadi lebih simple, humble, dan lebih muda. Perusahaan boleh saja usianya lebih dari 100 atau 50 tahun, tetapi perilakuknya/caranya harus tetap muda, kemudian didalam perusahaan juga harus ada bridging, bridging the generation. Bagaimana mempertahankan kaum muda agar bisa berkarya dan memberi kontribusi kemudian menghadapi para disrupter ini,
Sumber: Kursus The Art of StartUp di Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali
Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini