Belajar Menghadapi Zaman Perubahan yang Penuh Ketidakpastian

Belajar Menghadapi Zaman Perubahan yang Penuh Ketidakpastian. Mengapa pemimpin di dunia ini saat bicaranya adalah perubahan? Mengapa bangsa-bangsa termasuk bangsa kita sendiri mengalami kesulitan beradaptasi bahkan menyangkal dan kemudian menolak perubahan?

Kita sedikit belajar sejarah perubahan yang terjadi di Nusantara. Dimulai dari Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan ini sempat pindah karena Merapi meletus, dari posisi di Jawa Tengah ke Jawa Timur. Kemudian disana ada raja yang bernama Airlangga. Pada masa Airlangga banyak terjadi kemajuan, sehingga nama Airlangga diabadikan menjadi nama kampus. Namun kerajaan Mataram Kuno ini juga berakhir pada masa pemerintahan Airlangga

Itulah yang dikenal bagaimana kerajaan-kerajaan, institusi, lembaga-lembaga negara maupun perusahaan-perusahaan juga menjalani sebuah kurva, yang disebut sebagai Sigmoid Curve. Bentuknya seperti huruf “S” tertidur yang mula-mulanya mengalami kenaikan kemudian mencapai puncaknya dan terakhir turun kebawah, sampai kemudian ada orang yang mau melakukan perubahan

Begitu juga yang terjadi dimasa Kerajaan Sriwijaya. Yang mengalami kemajuan pesat dan menjadi pusat perdagangan di Asia. Namun kemudian China menjadikan dirinya sebagai pusat yang kemudian membangun wilayah Sriwijaya, membangun kerajaan-kerajaan yang ada di Asia ini menjadi hubungan dari kerajaan China itu. Yang berakibat kerajaan sriwijaya tidak dapat lagi mengumpulkan pajak-pajak dari negara atau kerajaan di sekitarnya dan akibatnya kemudian kerajaan Sriwijaya berangsur-angsur mengalami pemunahan.

Seperti itu juga di Eropa. Disaat kerajaan Romawi sedang jaya-jayanya, mereka tumbuh besar bahkan menguasai banyak sekali wilayah dari barat hingga ke timur. Mereka membangun kerajaannya dengan menciptakan control melalui senat. Orang-orang tersebut memberikan advice untuk membatasi ‘peran raja’. Hingga akhirnya mereka mengalami pemunahan disaat masa jaya-jayanya, seperti yang dijelaskan dalam curva S.

Kemudian pada abad 11, Byzantium Timur kemudian mengalami serangan dari Turki, Kerajaan Ottoman yang kemudian secara perlahan mengalami pemudaran di Eropa. Pada masa itu juga dikenal dengan nama Perang Salib. Pertempuran tersebut mengakibatkan pusat dagang pun mengalami perubahan. Para pedagang Arab yang biasa bertemu dengan pedagang Eropa dalam menjual rempah-rempah, tentu tidak bisa lagi bertransaksi.

Seiring berjalannya waktu terjadilah Renaissance bagi warga Eropa. Yaitu sebuah gerakan untuk memajukan kembali pemikiran-pemikiran melalui pendekatan intelektual. Salah satu tokoh yang terkenal pada masa Renaissance tersebut adalah Leonardo Da Vinci, pelukis Monalisa yang sekarang diabadikan di salah satu museum di Prancis.

Selain monalisa, Da Vinci juga memperkenalkan teknik membaca anatomi tubuh manusia. Bahkan ini dikenal sebagai cikal bakal lahirnya ilmu biologi. Dari situ kemudian berkembang ilmu-ilmu selanjutnya seperti filsafat, matematika dsb. Bahkan kalau sekolah di barat, kuliah di kampus itu diwajibkan untuk mengambil rangkaian mata kuliah yang disebut Liberal Art. Yaitu memajukan pikiran manusia agar tidak terikat dengan mitos-mitos tetapi mempunyai basis scientific dalam berpikir maupun bekerja.

Maka Liberal Art adalah serangkaian mata kuliah yang terdiri dari sejarah, seni, kebudayaan, matematika, filsafat, geografi, dan astronomi. Ilmu-ilmu yang dulu kita pelajari ketika kecil yang kita kembangkan dalam pendekatan scientific. Di era Renaissance ini berkembanglah metodologi penelitian, yang berkembang hingga saat ini. Dimana kita menggunakan pendekatan scientific dan landasan teori untuk memecahkan suatu masalah.

Selanjutnya ada masa disaat Copernicus melakukan penelitian ketika sedang diatas menara gereja. Ia mengemukakan bahwa pusat tata surya itu adalah matahari. Ternyata pandangan ini menimbulkan perbedaan dengan para ulama gereja, tokoh-tokoh gereja kemudian khawatir akan terjadi perubahan besar pada pola pikir manusia khususnya pada kitab penciptaan. Ini membuat karya Copernicus dilarang untuk dipelajari oleh gereja selama 200 tahun.

Tapi kemudian karya Copernicus ini dipelajari oleh penerusnya, salah satunya Galileo Galilei. Selanjutnya diteruskan oleh Issac Newton, yang menemukan teori gravitasi ketika melihat aple jatuh dari pohon. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Albert Einstein yang terkenal dengan rumusnya yaitu E = mc2, rumus yang sangat simple. Albert Einstein ini terkenal berpikir sangat simple, seperti kalimat yang pernah ia ucapkan,

“Kita tidak dapat memecahkan masalah baru dengan cara-cara yang lama. Karena cara-cara yang lama itu hanya cocok pada masanya.”

Albert Einstein
Albert Einstein. Sumber: addicted2success.com

Kemudian pernyataan Einstein yang lainnya adalah:

“Ukuran kecerdasan manusia adalah pada kemampuannya untuk berubah”

Selain Albert Einstein kita juga mengenal tokoh fenomenal yaitu Robert Matthus. Matthus terkenal dengan kajiannya yang memprediksi kemampuan bumi untuk menghasilkan bahan pangan bagi manusia akan kalah menghadapi ‘The Power of Population’.

Ramalan Matthus ini kemudian disikapi dengan begitu bijak oleh masyarakat Inggris. Sejak saat itulah dunia mengenal pesitsida, bibit unggul dan lain sebagainya. Kemudian juga dilakukan pengembangan teknologi pada alat-alat transportasi. Sehingga kemudian penduduk Inggris berhasil menemukan tempat-tempat baru untuk kehidupan.

Itulah tadi yang bisa kita ambil dari Belajar Menghadapi Zaman Perubahan yang Penuh Ketidakpastian. Nantikan artikel selanjutnya ya temans 🙂

Sumber: Kursus Manajemen Perubahan oleh Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali.

Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini

One thought on “Belajar Menghadapi Zaman Perubahan yang Penuh Ketidakpastian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *