Siklus Resistensi atau Perlawanan di Era Perubahan

Lanjutan dari Artikel Sebelumnya, yaitu siklus perubahan dan faktor-faktor yang menyebabkan orang tidak mau berubah atau melawan perubahan, Berikut ini adalah Siklus Resistensi atau Perlawanan di Era Perubahan:

 

1. Siklus Kesedihan

“Perubahan itu tidak dapat kita hindarkan. Selama bumi berputar pada porosnya, maka perubahan itu akan terjadi”

Maka dari itu terimalah perubahan itu sebagai hadiah dari Tuhan untuk umat manusia. Ambil pelajaran dari gunung yang meletus, Tuhan minta kita pindah sebentar dari gunung itu, tujuannya tentu adalah mengembalikan kesuburan pada lereng-lereng agar pertanian dapat kembali ditanam, dan kemudian masyarakat dapat menikmati hasilnya.

Dan berikut ini adalah 5 Tahapan Siklus kebanyakan orang terhadap Perubahan:

a. Denying (Menyangkal)

b. Blamming (Menyalahkan)

c. Bargaining (tawar menawar)

d. Sadness/kesedihan/depressed

e. Accepting/penerimaan

Yang terakhir dan juga tahap terpenting didalam siklus ini adalah tahap Accepting atau penerimaan terhadap perubahan itu sendiri.

“Siapapun yang melakukan perubahan, pasti melewati tahap-tahap yang disebut siklus kesedihan”

 

2. Tahapan Perubahan

Berikut adalah 3 tahapan perubahan:

a. Seeing (melihat)

b. Moving (bergerak)

c. Finishing (menyelesaikan)

“Perubahan itu tidak ada yang menyuruh, melainkan ada yang terpanggil”

 

Tahapan Seeing (melihat) terbagi 3:

a. Mata Persepsi (terendah)

Yaitu cuma melihat dengan dangkal. Cuma melihat apa yang tampak diluar

b. Probability

Tahap melihat dengan mata kemungkinan. Ibarat melempar dadu (ada 6 kemungkinan). Yaitu orang-orang yang melihat dengan mata kemungkinan untuk melihat realitas.

c. Possibility

Tahap terakhir. Dimana orang melihat dengan berprinsip Everything is possible. Mereka yang selalu mengatakan “Ya ini susah, tetapi bisa”. Segala kemungkinan masih bisa terjadi tentunya.

 

3. Kemampuan membukakan mata perubahan

Ambil Case Study dari dua buah perusahaan kamera yang pernah sukses di dunia, yaitu Fuji dan Kodak. Pada case ini kita bisa lihat fuji berinovasi dan masuk ke dunia digital (kamera digital), sementara Kodak masih tetap dengan prinsipnya yang lama sehingga pada akhirnya mereka bangkrut karena tidak berinovasi.

Kodak yang gagal karena tidak berinovasi
Kodak yang gagal karena tidak berinovasi. Sumber: open-organization.com

Case study selanjutnya yaitu 7-11 (Seven-eleven) di Indonesia, yang sempat sangat booming di Indonesia dengan ratusan cabang yang mereka miliki di beberapa kota besar di Indonesia, Mereka berinovasi dengan konsep nongkrong 24 jam dan dijadikan tempat kongkow serta lifestyle-nya anak muda yang khas dengan coffee dan wifi-nya.

“Kemampuan kita membuka mata adalah awal dari perubahan”

 

4. Mengapa manusia gagal melihat tanda perubahan

Karena kecenderungan manusia yang sudah terlalu nyaman dengan zona-nya, sehingga mereka tidak mau mencoba hal baru, serta bepergian ke tempat-tempat baru agar menambah referensi berpikir mereka. Mereka seharusnya lebih sering jalan-jalan dan bepergian ke tempat-tempat baru agar pikiran mereka lebih terbuka dan toleran terhadap perubahan dan perbedaan.

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa manusia gagal melihat:

a. Kebanyakan cahaya

Karena kita selalu dilimpahi dengan keberhasilan terus menerus, hidup yang serba instan dan konsumtif, sehingga kita nyaman dengan kondisi saat ini dan melumpuhkan otak kreativitas kita untuk terbuka terhadap hal-hal baru. ingatlah dengan apa yang dikatakan Jim Collins dalam bukunya, Good is the enemy of Greatness.

b. Tidak ada cahaya sama sekali

Mereka berada di lingkungan yang tertutup, yang sudah menjalankan tradisi terus menerus dan tidak pernah melihat hal baru. Ini termasuk juga orang-orang yang berada di dunia akademis Indonesia, yang jarang keluar sehingga mereka lebih kaku terhadap perubahan.

c. Karna peta yang salah

Ibarat sebuah petunjuk, Peta Perubahan itu juga berubah dari waktu ke waktu. Mereka selalu upgrade dan update, terus melakukan inovasi dan improvisasi. Belajarlah dari kegagalan IBM, Xerox, Kodak yang gagal melihat perubahan dan enggan melakukan inovasi, perkembangan mereka sangat lambat dan cenderung menurun dari waktu ke waktu.

d. Berada di dalam sebuah terowongan

Orang-orang yang berada dalam terowongan cenderung hanya mampu melihat dirinya sebagai pusat terowongan tersebut, dia berada ditengah-tengah dan memetakan orang-orang di sekitarnya sama dengan dirinya (Tunnel vision).

Belajarlah dari Starbucks Coffee yang melakukan inovasi, mereka menjual kopi dengan service yang membentuk gaya hidup baru bagi masyarakat.

“Perubahan itu selalu dimulai dengan kemampuan melihat”

 

5. Strategi melihat tanda perubahan

a. Ciptakan kontras

Buka mata mereka agar melihat di tempat lain serta bagaimana praktek nya. Sajikan dua saja, jangan lebih, bikin perbandingan, buat diagram From and To.

 

b. Lakukan Strategi Simplicity

Dunia telah berubah menjadi dunia yang menyederhanakan banyak hal. Hindarilah penyajian yang kompleks.

 

c. Bawalah mereka piknik keluar

Buka mata mereka agar mereka melihat di tempat lain.

 

d. Menggunakan Pendekatan Pareto

80% hasil yang kita capai itu umumnya hanya berasal dari 20% effort kita. Fokuslah pada hal kecil yang berdampak besar.

e. Konfrontasi

Perubahan itu harus di konfrontir berulang-ulang.

Itulah beberapa Siklus Resistensi atau Perlawanan di Era Perubahan serta beberapa case study-nya yang bisa kita ambil. Nantikan artikel selanjutnya ya temans 🙂

Sumber: Kursus Manajemen Perubahan oleh Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali

Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *